Sunday, October 14, 2012

bumi takkan kemana-mana



agak lupa kalau bumi dalam keadaan koma.
masalah nya bukan karena kadar CO2, bukan polusi, bukan plastik bukan juga laptop anda.
tapi masalah sebenarnya adalah cara berfikir manusia. konsumsi besar-besaran meningkatkan produksi, dan menghasilkan limbah dan kerusakan yang lebih besar. .

supaya kita bisa makan sayuran dengan harga murah, sehingga kita bisa makan dengan berbagai pilihan sayuran sesuai dengan keinginan kita, di perlukan jumlah sayuran yang berlimpah, untuk mempermudah hal tersebut manusia menggunakan pestisida, dan pupuk kimia.sikap yang terdengar manusiawi, tetapi sebenarnya sangat jahat.

hukum ekonomi kita sudah tidak seimbang lagi.

manusia itu seperti serakah, bagaikan gurita yang menggenggam makanan di setiap tentakelnya, dan masih mengingini lebih banyak lagi.

mendengar begitu banyak bencana alam yang ada sekarang, seperti badai katrina, tsunami, banjir dimana-mana, tanah longsor, kondisi bumi yang semakin panas dan mengalami percepatan. timbulnya berbagai macam penyakit baru, alzhaimer, parkinson, kanker, asma dan lain-lain.

sepertinya alam sudah mengusir kita secara perlahan-lahan.

bagaimana jika kita memilih hengkang dari bumi?

bumi tak kan kemana-mana.





dan pada saatnya nanti, bumi akan memperbaiki diri, semua danau kembali jernih. sungai, laut, pegunungan, semua akan kembali hijau. semua kembali damai. mungkin tidak ada manusia disana, tapi bumi akan memperbaiki diri.

dan tahu kenapa?
karena bumi mempunyai banyak sekali waktu di dunia ini. sedang kita tidak.

pohon menghasilkan oksigen, mengurangi karbon, mengolah nitrogen, menyuling air, menjadi habitat ratusan species, mengubah energi matahari, pembuat gula kompleks dan makanan, pencipta iklim miko.

bagaimana merancang bangunan yang serupa pohon, kota serupa hutan?

bangunan yang berfoto sintesis,...

misalnya jika perumahan di gabungkan dengan pengolahan limbah, produksi makanan, pembangkit energi, semua terpadu, terintegrasi dalam sebuah sistem luas.
konsumsi energi kita 9/10 lebih hemat.

kita dapat hidup dengan indah di planet ini.

Sunday, October 7, 2012

dunia tombol

bekerja pencet tombol, berteman pencet tombol, belajar pencet tombol, bermain pencet tombol, belanja pencet tombol, pacaran pencet tombol.

ada yang bilang sekarang bukan pencet tapi sentuh, karena pakai layar sentuh, atau ada yang bilang pake puteran kayak radio jaman dulu, kalau jaman dulu menggunakan semacam tuas handle atau kait jg boleh.

esensinya tetap tombol.

tom·bol
n 1 alat (knop) pd mesin dsb, yg gerak tekan atau gerak tariknya dapat menjalankan, menghentikan, atau mengubah gerak pd mesin;

pendekatan:

jika kita mengandaikan suatu saat nanti perseneling mobil cukup hanya dengan tombol, maka hal itulah yang sedang terjadi sekarang, meskipun masih terbatas pada mobil2 tertentu, mari kita nikmati pegalnya oper perseneling dan menginjak kopling dalam kemacetan, mungkin inilah saat2 terakhir kaki kiri kita merasakannya.

perlahan2 kita menjauhkan diri dari komponen mekanik tuas dan kait dan mendekatkan diri dengan tombol shortcut, yang semakin hari semakin multifungsi.

berbelanja pencet e-bay, membayar tagihan pencet token, menggambar arsitektur pencet mouse, mendengarkan musik pencet winamp, menggambarkan suasana pencet kamera, terlambat ngantor pencet sms, berantem pencet capslok dan masih byk lagi.


pertanyaan:
kira2 berapa koleksi tombol2 yang anda punya?
pernah terpikir untuk menghitung berapa kali anda menekan tombol2 tersebut?
10 kali?
100 kali?
seribu kali?

pandangan:
saya yakin pasti lebih,..
dan ada kemungkinan kian hari akan kian bertambah frekuensi kita dalam memencet tombol-tombol tersebut.

pandangan ekstrim:

suka tidak suka identitas kita dan teman2 kita perlahan2 tapi pasti telah tergantikan oleh tombol2 tersebut.
Dengan mengkombinasikan beberapa nomor, menunggu beberapa detik dan mengucapkan halo, maka tanpa disebut namanya, tanpa repot2 menggambarkan ciri2nya, bentuk muka atau bahkan nama orang tuanya, teman kita sekonyong2 akan hadir untuk berkomunikasi, bertransaksi, berbisnis dan bertukar cerita, ada yang sekonyong2 berpresentasi di depan kita, maksud saya benar2 presentasi interaktif bahkan tidak jarang di lengkapi dengan simulasi 3D yang canggih. luar biasa.

pandangan paling ekstrim:

bahkan tidak jarang tombol-tombol ini mampu berfungsi untuk menggambarkan/ mewakili perasaan seseorang, perasaan gembira, sedih, antusias, berdebar2, menangis, marah dll. *tampak berlebihan?. pernah mendengar orang nembak atau putus dengan co/ce-nya dengan sms? tak lama kemudian co/ce gembira/ marah/ menangis bukan.... ?

persoalan dan perbincangan:
meskipun terkadang kita bisa menangis hanya akibat dari mencet tombol, tapi apakah pernah kita merasakan kenyang tanpa makan hanya karena mencet tombol? ok.. mungkin pernah, karena saat mencet tombol-tombol di ATM dan melihat rekening kita bertambah. tp bertahan berapa lama "kenyang tanpa makan" kita itu?

andaikan untuk makan, kita cukup menekan tombol dan bisa merasa kenyang.. saya yakin jakarta tidak akan semacet itu pada jam-jam makan siang. hehe..

pencerahan:
pernah mendengar seorang arsitek menggambarkan tentang ruang (imajiner) ?
ruang yang tidak terukur tp bisa dirasakan
ruang yang tidak tampak tp bisa di mengerti
ruang yang tidak berbatas tp terdefinisikan
intangible*


fakta:

tuhan tidak memposisikan dirinya di ruang di dunia tombol.
tidak ada satu pun tombol yang secara otomatis mempertemukan kita dengan tuhan.
sebanyak apapun tombol yang kita miliki..

konklusi:
bersyukur masih ada hal-hal lain yang sampai kapanpun tidak tergantikan oleh tombol

sambil memencet tombol-tombol ini, mari kita ingat bahwa ada hal baik di luar sana, jauh di atas tombol...



*intangible : lacking substance or reality; incapable of being touched or seen

tv vs remote

Di Indonesia ‘televisi’ secara informal disebut dengan TV, tivi, teve atau tipi.
Televisi pada awal diciptakannya menggunakan tabung hampa yang menjadikannya berukuran besar, memiliki konsumsi daya yang besar serta harga yang sangat mahal. Seiring waktu, pelan-pelan teknologi tv mengalami perkembangan dari mulai layar berbasis tabung hitam putih, kemudian berwarna, tv plasma, LCD, HDTV. Demikian juga pelan-pelan harga tivi mulai terjangkau oleh masyarakat, dari kelas atas, menengah dan kini oleh kelas bawah sekalipun.

Tv-tv mulai masuk rumah, dari rumah mewah di perkotaan, rumah di desa-desa sampai pada rumah2 kumuh di pinggir kali. merasuki individu-individu yang cerdas penuh perhitungan, para professor, insinyur, pedagang, buruh, para petani, sekaligus merasuki jiwa-jiwa kosong, dan miskin pendidikan di gang-gang sempit.
kekuatan dari pergerakan ini demikian hebatnya sehingga tak terbendung lagi, mampu mencengkeram batin setiap individu tanpa pandang bulu.

Termasuk di rumah saya.

Saya ingat pertama kalinya ketika orang tua saya membeli tv yang ada remotenya, saya bisa menyalakan dan mematikan tivi dari jarak jauh sesuka saya, mengganti program-program di tv sesuai selera saya sambil tidur2an. Betapa membantunya teknologi remote tv ini, waktu itu. kita bisa mengendalikan tv dari jarak jauh sembari mengerjakan hal-hal yang lain.

Apa yang sebenarnya ada di dalam tv?

Berita gembira, berita duka, berita bencana, berita teknologi, berita perang, discovery channel, film animasi, film action, comedy, talkshow, reality show, gossip, sorotan kehidupan, public figure, politisi, artist, music, nominasi oscar, miss world, fahion show, berita politik, press conference dan lain sebagainya.
Setiap hari kita seperti ingin melihat lagi dan mendengar dari tv, apa gerangan yang terjadi. Berita apa gerangan, lelucon apa, berapa korbannya, film apa, sensasi apa, produk apa, secantik apa, siapa pemenangnya, dan semua perasaan-perasaaan penasaran kita ketika akan menyalakan tv.


Seorang jean baudrilad menerangkan

Teorinya mengenai masyarakat posmodern berdasarkan asumsi utama bahwa media, simulasi, dan apa yang ia sebut ‘cyberblitz’ telah mengkonstitusi bidang pengalaman baru, tahapan sejarah dan tipe masyarakat yang baru.

bahwa kita tengah meninggalkan ‘realitas’ dan sedang dalam perjalanan memasuki apa yang disebutnya ‘hyperreality’; suatu tempat dimana kita bisa bersembunyi dari ilusi yang kita takutkan.



Contoh yang diberikannya untuk menjelaskan simulasi adalah Disyneyland, suatu stasiun imajiner yang merupakan perwujudan dari ilusi di dalam realita Amerika ketika itu. Sesungguhnya, Disneyland merupakan citra virtual yang hadir dalam bentuk komik atau film, tetapi kini menjadi nyata dan hadir, bisa disentuh, dipeluk ditonjok oleh anak-anak dan keluarganya. Bahkan Disneyland Los Angeles terus direproduksi di Disney World di Orlando, lalu mencapai Asia juga. Ini tak pernah terjadi sebelumnya. Dan ini sudah terjadi. Figur-figur fiktif ciptaan Disney , Donald Duck, Little Marmaid dkk sudah menjadi nyata di bumi, secara fisik dan spasial berada ditengah-tengah manusia dan peradabannya.

kita hidup di zaman simulasi, di mana realitas tidak hanya diceritakan, direpresentasikan, dan disebarluaskan, tetapi kini dapat direkayasa, dibuat dan disimulasi. Realitas buatan ini bercampur-baur, silang sengkarut menandakan datangnya era kebudayaan postmodern. Simulasi mengaburkan dan mengikis perbedaan antara yang nyata dengan yang imajiner, yang benar dengan yang palsu. Proses simulasi inilah yang mendorong lahirnya term ‘hiperrealitas’, di mana tidak ada lagi yang lebih realistis sebab yang nyata tidak lagi menjadi rujukan.
Sekarang sampai lah kita pada zaman dimana tv mengambil alih pada kendali pergerakan sosial kita. kita seperti di giring untuk selalu menyalakan tv untuk memahami visinya dan mendengarkan suaranya.

Inilah jaman dimana tv mengendalikan remote-nya.



bersambung >>

*Penemuan televisi pertama disejajarkan dengan penemuan roda, karena penemuan ini mampu mengubah peradaban dunia.

pembelaan minimalist

saya sempat tergelitik oleh pernyataan teman saya yang cenderung tidak setuju dengan populernya era minimlistik, khususnya dibidang arsitektur.

dengan mengatakan, mereka ndesain minimalis karena otak mereka memang minimalis

ini pembelaan saya.

Minimize is not minimal at all
Penyederhanaan
Sederhana
bersahaja
pembersahajaan

dalam hal ini kita akan berfikir sederhananya saja, bukan sederhana dalam berfikir.
Minimize,
Bayangkan sebuah chip komputer, di dalam sistem komputer anda.
Waktu pertama kali muncul sebuah komputer, bla..bla..bla…
Sistem komputer terbentuk dari kumpulan berbagai jutaan sistem kode-kode biner sehingga wujud yang terjadi pada saat itu adalah komputer yang sangat besar…bayangkan CPU sebesar rumah.

Jangan salah..
Komputer yang besar saat itu, juga merupakan manifestasi dari penyederhanaan kompleksitas manusia dalam berfikir.
Dengan sekali kejut perhitungan aljabar matematika yang normalnya hanya bisa diselesaikan dalam waktu sehari bisa diselesaikan dalam waktu beberapa detik saja.

Tetapi oleh karena cara berfikir manusia semakin hari kemudian semakin kompleks, dan ini tidak bisa dihindari, karena kita juga tahu hal ini adalah merupakan hasil positif dari proses berfikir, artinya manusia mempunyai percepatan dalam berfikir, kemudian menjadikan makhluk yang bernama manusia, mengalami evolusi berfikir yang begitu hebatnya. Sehingga menjadikan manusia sebagai makhluk yang semakin cerdas dan kompleks.

Mau tidak mau manusia membutuhkan sebuah komputer yang tidak hanya bisa menghitung kalkulasi linear aljabar saja.
Manusia memang mebutuhkan alat, bukan berarti tanpa alat manusia tidak bisa berfikir, Alat ini diperlukan supaya otak manusia tidak perlu lagi memikirkan hal yang sudah bisa dikerjakan oleh alat. Itulah istimewanya manusia. Karena manusia mempunyai percepatan dalam berfikir.

Tapi apakah kemudian, mesinnya harus lebih besar dari komputer linear?
Oleh karena itu, komputer sebesar rumah itu perlu disederhanakan dalam materi dan fisik nya,
Penyederhanaan materi dan fisik ini bukan berarti mengurangi beberapa bagian yang tidak penting atau setengah penting, sehingga kita kehilangan beberapa bagian dari komputer itu. Penyederhanaan dalam fisik materi justru merupakan pengkayaan manusia dalam berfikir dan bersikap.
Sipencipta komputer akan berfikir semakin keras, ketika dia harus menyederhanakan bentuk fisik materi komputer tadi.

So…?
What minimal is, to minimize the things to get more think

Berfikir materi
Why we used ‘think’?
Berfikir,
Berolah fikir
Berolah pikiran

Rumus matematika, hukum pitagoras, hukum newton, hukum relativitas, adalah produk-produk hasil olah fikir manusia dalam bersikap terhadap kondisi realita. Hukum-hukum tersebut merupakan kesimpulan yang sementara ini baru bisa diambil oleh manusia dalam bentuk paling sederhana. Yang mana berarti hukum tersebut tidaklah kekal bentuknya seperti apa adanya ketika dibuat, karena pada suatu waktu banyak faktor terlibat. Kita sebut saja faktor realita sebagai things. dan kita sebut rumus sebagai the way we think.

Dalam menyikapi sebuah realita atau ‘things’, kita menggunakan banyak rumus-rumus. Contohnya dalam menentukan laju sebuah perahu di sungai. Kita tidak cukup menggunakan rumus v=L/T saja, akan tetapi kita juga harus menggunakan rumus percepatan perahu, rumus kecepatan arus air, kecepatan angin, berat massa perahu dan bebannya, daya dukung air, faktor gesekan badan perahu dengan air sungai, dan lain sebagainya. Masing-masing rumus tersebut juga mempunyai keterkaitan satu dengan yang lainnya. Kumpulan dari rumus-rumus tersebut dengan berbagai macam jalinan dan hubungannya satu sama lain itulah yang kita kategorikan sebagai proses berfikir, atau berfikir itu sendiri.
Think.

Seperti penelitian sebuah atom. Benda terkecil yang merupakan faktor penyusun utama dari segenap benda di dunia. Atom adalah bentuk yang paling sederhana dari sebuah benda. Ilmuwan menguarai benda menjadi dzat yang paing kecil yang sudah tidak mungkin lagi di uraikan kembali. Tetapi kemudian dengan penyederhanaan bentuk tersebut apakah kemudian akan menghasilkan sesuatu yang sederhana?

Seperti penelusuran sebuah pohon skematik asal muasal keturunan. Untuk bisa mendapatkan pangkal keturunan yang benar, kita harus bisa merunut secara sederhana hubungan linear terlebih dahulu, untuk kemudian bisa menghasilkan seluruh cabang-cabang pohon keturunan tersebut secara paralel dan lengkap. Sehingga dari proses penyederhanaan menghasilkan sesuatu yang lebih kompleks.

Desember 1, 2008 pukul 8:37 am

bercengkerama dengan waktu

kata mutiara kian tidak terasa
seperti udara kota dekat gunung yang sedang meletus
bukan bencana, bukan juga kemiskinan...
mungkin kebodohan...

ah mereka bilang itu juga bencana

berajalan mengitari kuburan sendiri sambil berpayung
aneh saja ketika saya semakin heran
bahwa bunga liar di dekat kuburan saya itu bisa tumbuh
apakah batu-batu kerikil ini cukup mengandung humus ??

lantas dari mana dia mendapatkan air ??

sedangkan selain batu saja tidak ada.
masih saja saya berpayung menahan debu semburan gunung
padahal sang waktu akan segera meninggalkan saya
tiap detik kunikmati dan ku pandangi bunga liar itu

detik-detik terakhir yang berharga

November 7, 2008 pukul 9:11 am

tuhan?


sebuah pertanyaan yang sangat klasik di sebuah forum diskusi religius.

ada beberapa tanggapan, antara lain:

njawab hal ini harus dengan logika
hampir sama dengan pertanyaan, "apakah listrik itu ada?apakah udara ada?apakah ruh ada?apakah jin dan malaikat ada?bgmn bentuk itu semua?"
apakah akal itu ada?
karena tak mungkin ada yang bisa menciptakan alam dan seisinya yang hebat ini,,
ga mungkin kalo tiba2 ada,,
pasti ada...
dan akan tetap ada...
sekeras apapun kita berpikir...kita tidak akan mampu....
aku saya rasa gak bakal bisa deh kita membuktikan keberadaan Tuhan.
Yang ada juga merasakan berdasarkan kebesarannya yang terpampang di penjuru Alam semesta, tapi itu juga gak ngefek, kalo orangnya yg kita ajak ngomong gak peka.
jalan termudah bagi saya utk merasakan (merasakan lho ya... bukan melihat kasat mata) bahwa tuhan itu ada adalah dengan mempelajari ciptaannya.

pertanyaan yang klasik.. dengan jawaban yang klasik pula

namun begitu pun aku masih berhasrat untuk menanggapijuga ..

akhirnya aku merasakan seolah-olah..
tuhan itu sendiri adalah sebuah simbol...
yang kemudian di cari maknanya, oleh manusia
setiap individu manusia, mempunyai gambaran maknanya sendiri-sendiri, sifatnya sangat personal dan berbeda-beda (bukan tingkatan) dan hampir tidak terdefinisikan.
sebuah sesuatu yang sangat dan maha
gambaran yang kita tidak pernah bisa menjabarkannya
gambaran yang hanya akan terjawab dengan mengasosiasikan dengan sesuatu yang kita tidak mampu.
simbol ini begitu rumit dan puitis.
sehingga yang kita bisa hanya memaknai....
(paling tidak ini yang saya dapat dari tauhid, pelajaran aqoid 50, madrasah ibtidaiyah/sekolah sore kelas 4, waktu itu saya SD kls 5)

tidak tau hal tsb populer sejak kapan.
yang jelas setiap suku dan waktu yang berbeda, mempunyai makna yang sama meski dengan simbol yang berbeda

simbol itu ada
atau di"ada"kan (=akibat sebuah pencarian yang tak kunjung datang)

----akhirnya...
jawabannya sangat personal.

------akhir, dari akhirnya...
yang demikian menciptakan keragaman manusia yang luar biasa besar.
manusia mempunyai persepsi yang sangat berbeda beda, ada yang takutnya luar biasa, ada yang takut, ada yang setengah takut dan ada yang tidak peduli, ada yang dendam
konsekuensinya adalah setiap manusia mempunyai perilaku yang sangat unik (manusia yang satu berbeda dengan manusia yang lain)
= ada yang jahat, ada yang baik, ada yang putus asa, ada yang pandai, ada yang malas, ada yang sibuk mencari-cari, ada yang takut neraka, ada yang biasa-biasa saja, ada tukang nasehat, ada tukang komentar, ada yang hanya bilang cie-cie. ada yang pantang menyerah, ada yang bertaubat, ada yang mensucikan diri, ada yang apriori, dll
masing-masing punya angan-angan sendiri-sendiri, akibat pemaknaan yang sangat personal tadi.
bahkan sampai menimbulkan friksi-friksi akhirnya ada strategi, ada politik, ada ekonomi, ada kebudayaan ada kekuatan ada kelemahan dll.
dunia menjadi demikian kompleks dan beragam.
gara-gara satu simbol tadi...

what an amazing symbol!!

PS: kalo pikiran bodoh saya...
sejauh simbol itu bermanfaat bagi dunia, saya tidak akan pusing dengan penggambarannya,
karena saya tau keterbatasan saya dan saya juga yakin setiap manusia adalah sejajar. entah itu yang takut atau tidak peduli, mereka adalah sejajar sebagai subjek yang selalu mebicarakan dan mempertanyakan, jadi saya tidak perlu memberikan pengetahuan (menggurui) apalagi menyadarkan (menyalahkan)
apalagi memperdebatkan tuhan siapa yang benar dan yang salah
saya hanya akan berusaha supaya cara yang saya gunakan tidak menyakiti oranglain, karena saya juga berharap cara orang lain tidak menyakiti saya.

September 19, 2008 pukul 8:22 am